13 October 2014

Kasih Ibu Kepada Beta Melebihi Sang Surya Menyinari Dunia.

Kasih Ibu kepada Beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang Surya menyinari dunia

Lirik di atas merupakan bagian dari lagu kanak-kanak karya SM Mochtar. Lagu sederhana yang sarat makna. Mengingatkan setiap anak di Indonesia betapa besar dan berartinya jasa seorang Ibu. Lirik yang singkat dan ringan, menggunakan bahasa yang mudah untuk diingat dan dihafalkan sehingga tanpa disadari mampu membuat kita menyanyikan lagu ini berulang-ulang dengan tempo pelan, apalagi bagi anak-anak.

Lagu “Kasih Ibu” menyampaikan pesan dan nasihat yang sangat jelas dalam setiap bait dan liriknya. Bernarasi tentang bagaimana tiada terkiranya kasih sayang seorang Ibu kepada anak tercinta, tiada terkira hingga akhir hayat. Bahkan lebih dari itu, lagu tersebut menggambarkan dengan gamblang bahwa pengorbanan seorang Ibu tiada mengharapkan imbalan atau balas jasa. Tanpa pamrih.

Lirik tersebut mencoba menggunakan gaya bahasa untuk menjelaskan maksud dari kasih seorang Ibu tanpa secara harafiah, merujuk kepada penggunaan retorika sang Surya menyinari dunia. Namun begitu, Alegori kasih Ibu kepada Beta melalui bagai sang Surya menyinari dunia sangatlah rancu dan tidak tepat. Karena Sang Surya tidak mengasihi siapapun.

Matahari telah bersinar tanpa henti selama 1,5 milyar tahun dan akan terus bersinar hingga beberapa milyar tahun lagi sebelum akhirnya kehabisan bahan bakar kemudian meredup lalu mati. Melepaskan energi sangat besar yang bahkan mampu menghidupi sebuah tata surya yang berisikan planet dan benda-benda angkasa. Sinar sang Surya tak terhingga sepanjang masa namun ia tidak menyinari karena kasih dan tanpa pamrih, tidak sebanding kasih Ibu.

Semua radiasi yang dipancarkan dan diterima benda-benda angkasa di tata surya merupakan sampah hasil reaksi fusi Matahari. Bahwa sebenarnya kita menerima hasil lepehan Matahari, bukan pemberian penuh kasih tanpa pamrih. Kebetulan saja sampah yang bermanfaat.

Radiasi Matahari bisa dimanfaatkan oleh berbagai organisme di Bumi setelah disaring oleh medan elektromagnet bumi dan ozon di stratosfer. Tanpa semua perlindungan itu bumi akan kiamat, tanpa satupun kehidupan berarti. Tanpa perlindungan medan elektromagnet Bumi terhadap radiasi Matahari, bumi akan terpanggang oleh sinar dengan panjang gelombang nano. Seperti sebuah apel di dalam microwave yang dinyalakan 24 jam non-stop.

The Day After tomorrow merupakan sebuah film Hollywood yang dibintangi oleh Jake Gyllenhaal, memiliki cerita yang berpusat pada inti Bumi berhenti berputar sehingga mengakibatkan kerusakan alam dan mengharuskan sekelompok manusia melakukan pengeboran sampai ke inti bumi untuk melakukan perbaikan.

Jika sampai hal yang terjadi di film tersebut benar terjadi, konsekuensinya tidak tidak akan sama seperti yang digambarkan melalui turun drastisnya suhu Bumi. Justru akan terjadi sebaliknya. Jika inti Bumi berhenti berotasi maka sebagai akibatnya medan elektromagnet bumi akan tersisa 1/5 dari kekuatan biasa sehingga tidak cukup untuk menahan paparan gelombang mikro yang dimuntahkan Matahari.

Ozon di stratosfer berfungsi menyerap sebagian besar sinar ultra ungu. Sinar ultra ungu berlebihan akan sebabkan kehidupan bumi rusak parah. Sebelum ozon terbentuk di atmosfer, tidak ada kehidupan organisme kompleks di Bumi. Karena memang tidak mungkin, dibunuh sinar ultra ungu.

Sehingga pada kenyataannya bukanlah Matahari yang penuh kasih memberi tanpa pamrih. Justru medan elektromagnet dan ozonlah yang melindungi bumi dari paparan mematikan sang Surya. Pahlawan tanpa tanda jasa yang melindungi kehidupan bumi sepanjang waktu, setiap saat, tanpa mengharapkan balasan atau bahkan pengakuan. Hanya memberi tak harap kembali, The Unsung Heroes. Layaknya seorang ibu dengan kasihnya.

Ibu > Sang Surya.


*DISCLAIMER: Tulisan ini hanya untuk hiburan. Sesuai dengan labelnya, IMGO :))

1 comment: