07 October 2014

Paham dan Cita-Cita Koperasi Mohammad Hatta

Koperasi, di Indonesia, merupakan sebuah kata yang bersinonim dengan Mohammad Hatta. Setiap mendengar kata koperasi, maka pikiran setiap orang yang hidup dan belajar di Indonesia akan secara langsung measosiasikannya dengan salah satu tokoh proklamator tersebut. Hal ini merupakan sesuatu yang absolut dan tidak terbantahkan karena Hatta lah sosok utama peletakan dasar-dasar pokok pikiran ideologi perekonomian koperasi Indonesia.

Cikal bakal pemikiran ideologi ekonomi Hatta dibangun sejak muda, lalu sedikit demi sedikit dipoles untuk disempurnakan seiring dengan bertambahnya pendidikan, wawasan serta pengalaman Hatta sejak masa mudanya kuliah menuntut ilmu hingga kemudian ikut serta turun tangan langsung dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Lahirnya suatu pemikiran akan ideologi selalu dipengaruhi oleh keadaan pada masa itu. Permasalahan yang timbul, baik secara makro hingga menyentuh ke setiap sendi kehidupan masyarakat akan melatarbelakangi suatu pemikiran akan pencarian cara untuk mengatasinya. Ideologi ekonomi Hatta lahir pada masa di mana kolonialisme memporak-porandakan sistem sosial, budaya dan perekonomian Hindia Belanda pada masa itu. Tidak hanya terjadi pada Hindia Belanda, akan tetapi sistem kolonialisme-imperialisme mengalami masa puncaknya secara mendunia terutama pada akhir abad 19 dan awal abad 20. 

Penjajahan dalam bentuk kolonialisme dan imperialisme seakan merupakan hal lumrah dilakukan oleh negara-negara yang memiliki kekuatan militer dan ekonomi terhadap negara-negara lemah, seakan-akan penjajahan bukanlah hal yang buruk dan hanya merupakan salah satu cara suatu negara kuat mengeruk komoditas berharga dalam rangka memakmurkan negara dan rakyatnya. Melalui penindasan terhadap bangsa lain, tentu.

Kerusakan-kerusakan akibat penjajahan yang diderita rakyat Hindia Belanda pada masa itu dipahami betul oleh Hatta sebagai pokok permasalahan yang mesti dicarikan solusinya. Hatta menyadari bahwa kolonialisme dan imperialisme bangsa asing di Hindia Belanda sebagai simbiosis parasitisme, sangat merugikan rakyat sementara di sisi lain menguntungkan pihak kolonial. Oleh karena itu, pendudukan dan penjajahan oleh bangsa asing mesti dengan segera dihilangkan bila memang rakyat Hindia Belanda ingin mencapai kesejahteraan hidup.

Sejak masih duduk di bangku kuliah dan hidup di alam penjajahan, Hatta sudah memiliki visi ke depan mengenai sistem pemerintahan yang tepat bila Hindia Belanda nanti merdeka. Demokrasi Parlementer dengan banyak partai sebagai sistem pemerintahan dan koperasi sebagai wadah ekonomi untuk membangun perekonomian rakyat sekaligus untuk menghadapi kapitalis yang akan semakin merugikan rakyat.

Pemikiran Hatta mengenai sistem pemerintahan dan perekonomian bila Hindia Belanda merdeka kelak telah dikemukakannya sejak awal tahun 1920-an. Ideologi Hatta di bidang koperasi dilatarbelakangi oleh tiga paham yaitu, Islam, sosialisme dan romantisme. Hatta dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Islam yang kuat meyakini bahwa menciptakan orde sosial dan ekonomi yang adil sebagai bagian dari keinginan Tuhan. Keyakinan Hatta ini memupuk semangat dan konsistensinya dalam pencarian sistem yang tepat selama belasan tahun.

Keyakinan agama yang menjadi bahan bakar dalam pencarian sistem serta ideologi yang tepat tersebut diperkuat dan dilengkapi oleh pengaruh bacaan yang sistematis tentang karya-karya Karl Marx dan sosialis-sosialis Eropa lain, sebagai reaksinya terhadap kapitalisme. Eropa pada awal abad 20 yang merupakan tempat Hatta menuntut ilmu dan kemudian banyak mempengaruhi pandangan hidupnya, merupakan pusat di mana akademisi-akademisi menelurkan ide-ide alternatif maupun kontra terhadap paham kapitalisme yang pada saat itu sangat bebas dan merugikan.

Pandangan romantis Hatta tentang masyarakat pra-kolonialisme turut mempengaruhi pemikirannya dengan menjabarkan bahwa kolektivitisme dan demokrasi sudah dipraktekan hingga pada tingkat kelompok masyarakat paling rendah. Budaya dan adat istiadat berbagai suku bangsa di Nusantara menekankan pada kehidupan bersama serta kebebasan untuk mengekspresikan diri dengan aturan dan batas-batas tertentu. Hatta percaya bahwa sikap-sikap ini dapat dikembangkan dalam sistem perekonomian yang diorganisir dengan cara modern melalui wadah koperasi. Sistem leluhur yang telah mengakar ratusan tahun kemudian dikelola secara modern diharapkan mampu mengintegrasikan kemudian mengangkat kualitas kehidupan masyarakat secara signifikan hingga setara dan mampu bersaing dengan kebudayaan lain, khususnya Eropa yang sudah sangat maju pada saat itu bila dibandingkan dengan Nusantara dan bangsa-bangsa Asia lainnya.

Cita-cita koperasi Indonesia berdasarkan ideologi Hatta menentang kapitalisme dan individualisme secara fundamental. Menciptakan masyarakat kolektif yang mampu berusaha dalam mencukupi sendiri secara bersama-sama dengan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia secara mandiri tanpa tergantung kepada pihak lain khususnya para kapitalis dan individualis.  Masyarakat kolektif yang jauh dari sifat-sifat individualis mementingkan diri sendiri sehingga mampu mengeliminasi kemungkinan-kemungkinan penguasaan kehidupan orang banyak, terutama secara ekonomi, oleh sedikit orang saja dengan motif ekonomi meraup keuntungan sebesar-besarnya untuk diri sendiri. Masyarakat kolektif yang berakar pada adat-istiadat hidup dengan pengorganisasian secara modern, sistematis dan ilmiah sehingga mampu menciptakan masyarakat yang lebih produktif dan sejahtera merupakan sesuatu yang ingin diciptakan melalui paham koperasi Indonesia. Hatta melalui ideologinya secara tegas menolak perkembangan kapitalisme di Indonesia, termasuk praktek kapitalisme oleh bangsa sendiri. Dalam kapitalisme, rakyat Indonesia tidak dapat berkembang secara kolektif dan merata sehingga pembangunan yang dicita-citakan mengangkat harkat hidup segenap bangsa Indonesia pada akhirnya akan tertuju pada kepentingan perorangan atau kelompok yang tentunya sangat jauh dari tujuan bersama meraih kemerdekaan.




Bahan bacaan: http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156831.pdf


No comments:

Post a Comment