13 December 2013

TAMBO MINANGKABAU

Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta yang berarti teks dengan kandungan instruksi dan pedoman. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada 'kesusastraan' atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra memiliki peranan vital dalam perkembangan peradaban dan budaya manusia. Sastra menggunakan bahasa yang mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia dalam usaha untuk memahami diri sendiri atau hal lain di luar itu. Sastra mempermudah proses berkomunikasi karena pada hakikatnya karya sastra merupakan penjabaran abstraksi.

Prosa adalah hasil karya sastra yang dibedakan dengan puisi karena memiliki variasi ritme yang lebih besar serta gaya bahasa yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Hasil karya sastra prosa biasa digunakan untuk mendeskripsikan fakta atau ide.

Sastra jamak digunakan oleh berbagai kebudayaan dalam mendeskripsikan bentuk dan hasil budaya sebagai dokumentasi untuk diturunkan ke anak cucu atau dikenalkan kepada komunitas sosial luar. Tidak terkecuali budaya Minangkabau yang memanfaatkan prosa sebagai media untuk menjelaskan asal-usul kebudayaan mereka yang disebut dengan Tambo. Tambo Minangkabau merupakan karya sastra sejarah yang merekam kisah-kisah legenda yang berkaitan dengan asal-usul suku bangsa, negeri dan tradisi alam Minangkabau yang ditulis dalam bahasa Melayu dalam bentuk prosa. Tambo kurang lebih memiliki makna yang sama dengan kata Babad dalam bahasa Jawa atau Sunda.

Bagian Tambo yang menceritakan sejarah singkat awal terbentuknya kebudayaan Minangkabau:
Sirauik bari bahulu, diasah mangko bamatoLauik sajo dahulu, kudian banamo pulau paco

Berawal ketika permukaaan laut turun sehingga dataran tinggi mulai menjadi daratan.

Dari ma titiak palito, di baliak telong nan bataliDari ma turuan niniak kito, dari puncak gunuang Marapi

Dari dataran tinggi yang menjadi daratan tadi nenek moyang mulai turun ke dataran yang lebih rendah mulai berdiam dan bermukim membentuk koloni awal di kaki gunung Merapi.

Taratak manjadi dusun, dusun manjadi koto, koto manjadinagari

Permukiman awal yang dibentuk berkembang menjadi lebih besar seiring perkembangan populasi yang kemudian mengharuskan perluasan wilayah ke daerah sekitarnya sehingga membentuk desa-desa dan system pemerintahan baru yang lebih luas dan kompleks.

Kesusastraan menjadi media bagi kebudayaan untuk mendeskripsikan, menarasikan dan mendokumentasikan kekayaan serta hasil budaya karena keunggulan hasil kesusastraan dalam mengkomunikasikan nilai-nilai serta kekayaan hasil daya piker manusia. Melalui hasil kesusastraan seperti prosa, produk kebudayaan mampu diturunkan kepada generasi penerus ataupun dikenalkan kepada masyarakat lain di luar suku bangsa tersebut.

No comments:

Post a Comment